Pengalaman Berkesan: Mahasiswa Kriminologi UTS Menyelesaikan Program Magang di Jakarta
Ashly Liu, Criminology (Forensics) and International Studies Student at UTS. (Source: UTS FASS) |
SYDNEY, BM.Online – Pada Desember 2023 lalu, mahasiswa S1 Kriminologi (Bachelor of Criminology) UTS menyelesaikan program magang di Jakarta, sebagai bagian dari inisiatif "New Colombo Plan" yang digagas Pemerintah Federal Australia.
Inisiatif ini guna meningkatkan wawasan Indopasifik di Australia melalui program belajar dan magang yang diikuti mahasiswa S1 asal Australia di wilayah tersebut.
Program S1 Kriminologi UTS membekali mahasiswa dengan wawasan dan keahlian ilmu sosial praktis untuk menghadapi kejahatan transnasional. Maka, studi di luar negeri, khususnya di salah satu negara tetangga terdekat di Australia, merupakan pengalaman penting dan sangat berharga. Salah satu mahasiswa yang berpartisipasi, Ashly Liu, menuliskan pengalamannya.
“Kami berangkat ke Jakarta untuk mengikuti program Magang Internasional selama dua minggu di sebuah perusahaan. Tugas pertama kami adalah menjalankan penelitian dalam kelompok yang terdiri atas tiga orang,” ujar Ashly Liu.
Menurutnya, penelitian ini mengkaji kelompok rentan dan upaya mereka mencari keadilan di Indonesia. Laporan akhir dan presentasi kami lalu dikritik dan dievaluasi oleh Akademisi di Universitas Indonesia.
“Agar semakin memahami berbagai kelompok sosial dan isu sosial terkait, kami mengunjungi sejumlah lembaga kriminologi lokal, serta melakukan wawancara langsung seputar topik penelitian kami,” ujarnya.
“Kami juga memperoleh wawasan ketika berkolaborasi dengan mahasiswa magang dari Universitas Indonesia. Lewat proyek penelitian ini, saya mengeksplorasi topik tentang perempuan rentan dalam kejahatan narkotika, serta upaya mereka dalam mencari keadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia. Saya juga bekerja sama dengan mahasiswa lain di UTS, serta mahasiswa kriminologi tingkat akhir di Universitas Indonesia,” jelasnya.
Ia mengaku memperoleh pengalaman berharga ketika mewawancarai staf yang bekerja di sejumlah lembaga lokal, seperti Amnesty Indonesia, Legal Aid, Komnas Perempuan, Komnas HAM, Integrity Asia, Kedutaan Besar Australia, IDN Media, dan lain-lain.
“Pengalaman ini benar-benar membuka wawasan saya, sebab staf-staf tersebut menjelaskan perbedaan sistem peradilan di Indonesia dan Australia. Saya pun memahami pengaruh nilai-nilai sosioekonomi dan kebudayaan terhadap cara pandang mereka tentang tindak kejahatan,” pungkasnya.
Diketahui, University of Technology Sydney (UTS) tercantum dalam daftar 100 universitas terbaik di dunia, serta merupakan perguruan tinggi negeri dan universitas teknologi terkemuka yang memiliki pengaruh global. Informasi lebih lanjut tersedia di discover.uts.edu.au.
Sumber: PRNewswire